Wednesday, March 31, 2010

cawan oh cawan....


.... بسم الله الرحمن الرحيم
.....السلام على 'كوم

Lama sudah rasanya tidak memblog nie...

kat sini ada kisah menarik nak dikongsikan.. analogi sebiji cawan dan kaitannya dengan kehidupan kita sebagai muslim. kisah ini dipetik dari sebuah kisah...dipetik juga drpda shbat blog

Kisah ini merupakan satu teladan kepada kita semua tentang kenapa selama ini kita sering ditimpa dugaan yang adakalanya sukar untuk kita tanggung dan terlalu menyakitkan.

Sepasang datuk dan nenek pergi belanja di sebuah kedai cenderamata untuk mencari hadiah buat cucu mereka. Kemudian mata mereka tertuju kepada cawan yang cantik. "Lihat cawan itu," kata si nenek kepada suaminya. "Kau betul, inilah cangkir tercantik yang pernah aku lihat," ujar si datuk.


Pada ketika mereka mendekati cawan itu, tiba-tiba cangkir yang dimaksud berbicara, "Terima kasih untuk perhatian anda, perlu diketahui bahwa aku dulunya tidak cantik. Sebelum menjadi cawan yang dikagumi, aku hanyalah selonggok tanah liat yang tidak berguna. Namun suatu hari ada seorang penjunan dengan tangan kotor melempar aku ke sebuah roda berputar. Kemudian ia mulai memutar-mutar aku hingga aku merasa pening. Stop ! Stop ! Aku berteriak. Tetapi orang itu berkata, 'Belum !' Lalu ia mulai menyodok dan meninju aku berulang-ulang. Stop! Stop ! teriakku lagi. Tapi orang ini masih saja meninjuku, tanpa menghiraukan teriakanku. Bahkan lebih buruk lagi ia memasukkan aku ke dalam api. Panas! Panas ! Teriakku dengan kuat. Stop ! Cukup ! Teriakku lagi.Tapi orang ini berkata, 'Belum !' Akhirnya ia mengangkat aku dari api itu dan membiarkan aku sampai sejuk. Aku fikir, selesailah penderitaanku. Oh ternyata belum.


Setelah sejuk aku diberikan kepada seorang wanita muda dan ia mulai mewarnai aku. Asapnya begitu memualkan. Stop ! Stop ! Aku berteriak. Wanita itu berkata, ' Belum !' Lalu ia memberikan aku kepada seorang lelaki dan ia memasukkan aku sekali lagi ke api yang lebih panas dari sebelumnya ! Tolong ! Hentikan penyiksaan ini ! Sambil menangis aku berteriak sekuat-kuatnya.Tapi orang ini tidak peduli dengan teriakanku. Ia terus membakarku. Setelah puas "menyiksaku" kini aku dibiarkan sejuk.


Setelah benar-benar sejuk seorang wanita cantik mengangkatku dan menempatkan aku dekat kaca. Aku melihat diriku.Aku terkejut sekali. Aku hampir tidak percaya, kerana di hadapanku berdiri sebuah cawan yang begitu cantik. Semua kesakitan dan penderitaanku yang lalu menjadi sirna tatkala kulihat diriku."
Datuk dan nenek itu terdiam membisu. Lalu diceritakan kisah itu kepada cucunya.














Pengajaran: Seperti inilah kehidupan membentuk kita. Dalam perjalanan hidup akan banyak kita temui keadaan yang tidak menyenangkan, sakit, penuh penderitaan, dan banyak air mata. Tetapi inilah satu-satunya cara untuk mengubah kita supaya menjadi 'cantik'. Jangan lupa bahawa cobaan yang kita alami tidak akan melebihi kekuatan kita. Ertinya tidak ada alasan untuk tergoda dan jatuh dalam dosa apabila anda sedang menghadapi ujian hidup, jangan kecil hati, kerana Tuhan sedang membentuk anda. Bentukan-bentukan ini memang menyakitkan tetapi setelah semua proses itu selesai. Anda akan melihat betapa cantiknya Tuhan membentuk anda untuk kehidupan yang lebih baik dan bermakna di hari kemudian dan hari pembalasan(akhirat)

Saturday, March 13, 2010

Siapakah Diri Ini...???

BISMILLAHIRAHMANIRRAHIM
tuhan yang Maha pengasih dan Maha penyayang



Terduduk paku melihat sinar mentari yang kian tenggelam,adakah aku akan menemuimu lagi sang mentari..? adakah itu sinar yang terakhir buat aku..?siapa diri aku sebenarnya untuk menyoal persoalan2 sedemikian..?berhakkah aku menyoal akan hak Allah S.W.T..? semakin hari aku melangkah,smakin aku dekat akan kiamat kecilku yang bakal mengundang...namun adakah bekalanku semakin bertambah..?persoalan buat diriku sendiri..coretan dan noktah tinta ini bukan untuk dijual umum, bukan untuk dibaca umum, bukan juga untuk dipertayangkan,tetapi noktah bertulis ini adalah untuk diri ini sendiri...ini tempatku meluahkan perasaan hati..tempat untukku dapat dan cari kekuatan kembali..

Ya Allah..ya Rahman...ya Rahhim..ya Fatah hu ya A'lim...
Aku mencari nadi kekuatan, nadi keinsafan, nadi istiqamah, nadi kejayaan, nadi kecemerlangan,nadi kebahagian, nadi kezuhudan, nadi keberkatan n kerahmatan, dan nadi taqwa yang hakiki untuk aku sematkan dalam nadi kurniaanMu ini..aku ketandusan semua itu daripadaMU ya Allah..Aku mohon, aku pinta daripadaMu Azzawajalla..tiada tempat lagi untuk aku meminta,memohon,merayu, dan mengadu, hanya kepadaMU wahai sang Pencipta..aku tahu ada orang diseliling aku,yang saling melengkapi, dan mampu membantu, tetapi hakikatnya semua bantuan itu semuanya datang daripadaMu..Aku milikMu ya Allah..dan semua milikMu..aku akan menemui ajal, makanya pertemukanlah ajal aku dalam husnul khatimah..

Ya Allah..ya Rahman...ya Rahhim..ya Fatah hu ya A'lim...
Aku sujud memohon. bantulah perjuangan aku,perjuangan sahabat2 aku, dan perjuangan seluruh umat islam yang inginkan islam terpacak mekar di bumiMu ini..supaya islam kembali berkuasa..islam dilaksanakan sepenuhnya tanpa menolak sedikit pun hukum Allah..jauhilah aku dan sahabat2 aku daripada sebarang fitnah dalam kami berjuang ini yaAllah..

Akhirnya aku memohon daripadamu Ya Allah..janganlah campakkan aku dalam nerakaMu ya Allah..aku takut yaAllah..amatlah pedihnya yaAllah..satu titisan api yang membakar itu blh menhancurkan diri aku..disiksa dan trus..yaAllah..aku mohon belas kasihanMU dan Syafa'at untuk aku melangkah di gerbang syurgaMu dan menjadi penghuni syurga buat selama-lamanya..masukkalah akhlak nabi dalam naluriku Ya Allah..

Siapakah diri ini....??????

Akulah setitis air mani yang tidak bernilai,menjadi segumpal darah, menjadi seketul daging, seterusnya ku juga tulang belulang yang terbentuk,aku dimasukkan roh,lantas aku dilahirkan sebagai seorang juara yang bernama khalifah..
ITULAH AKU..


Bahan Tarbiyah Untuk Semua...E-book terkini

Sejarah Rasulullah S.A.W
[download]


Sejarah Abu Bakr As-Siddiq


Sejarah Umar Al-Khattab


Sejarah Utsman ibn Affan

Sejarah Ali ibn Abi Talib

Kisah-Kisah Shahih Dlm Al-Quran & Sunnah
[download]

Imam Hassan al-Banna - Al-Ma'thurat

Iman Ghazali -Kimia Kebahagiaan

40 Peristiwa Akhir Zaman

Ibnu Katsir -Story Of The Prophet

Zikir Kunci Pembuka Jalan

Menuju Hati Yang khusu'

Husnul Khatimah

Dr Aidh Al-Qarni -La tahzan

Dr.Aidh Al-Qarni -Menjadi Wanita Paling Bahagia

100 Pesanan Nabi Untuk Wanita Solehah

Jihad Seorang Wanita Dalam Membela Islam

Kado Pernikahan Untuk Isteriku

Kisah-Kisah Tentang Ka'abah

Pendidikan Anak Dalam Islam
[download]

Psikologi Anak Dan Pendidikan

Imam Ibnu Athaillah- Rahsia Yang Maha Indah

25 Kisah Para Nabi [download]

Fardu Ain [download]

Tafsir Mimpi [download]

Kewajipan Ibu [download]

Keajaiban Al-Quran [download]

Kunci2 Rezeki [download]

Tafsir Al-Quran [download]

Mutiara hikmah [download]

Mutiara Kata 1 [download]

Mutiara Kata 2 [download]

Panduan Puasa Ramadhan [Download]

Ramadhan Handbook [download]

Plugin Al -Quran for Microsoft Words [download]

Said Hawwa-Tatanan Rumah Islami [download]

Imam Nawawi- 40 hadith [download]

Imam Nawawi- Syarah 40 hadith [download]

Imam Nawawi-Riyadhus Salihin 1 [download]

Imam Nawawi- riyadhus Salihin 2 [download]

Imam Nawawi- Adab2 Bersama Al-Quran [download]

Imam ibn Athaillah- Al-Hikam [download]

Monday, March 1, 2010

Cinta Allah dan Rasul-Nya


Maka termasuk dalam memperjuangkan / meneguhkan pegangan As-Sunnah itu ialah umat Islam menyemaikan diri dengan sifat mencintai Allah dan Rasul-Nya, di mana tanpa rasa cinta, sebenarnya tidak akan lahir kesempurnaan keikhlasan dari jiwa seseorang itu dalam ia mentauhidkan serta beriman kepada Allah dan tidaklah akan menjadi sempurna amal ibadat yang dikerjakan dengan tidak ada kecintaan dan keikhlasan dari seorang yang mengaku dirinya Islam. Sabda Rasulullah saw.:

قَالَ رسول الله : ثَلاثٌ مَنْ كُنَّ فِيْهِ وَجَدَبِهِنَّ حَلاوَةَ الاِيْمَان اَنْ يَكُوْنَ اللهَ وَرَسُوْلَهُ اَحَبَّ اِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا وَاَنْ يُحِبَّ الْمَرْأ لايُحِبُّهُ اِلاَّ لِلَّه وَاَنْ يَكْرَهَ اَنْ يَعُوْدَ اِلَى الْكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ اِذْ اَنْقَذَفَ فِيْ النَّارِ
“Tiga hal yang barang siapa dalam dirinya terdapat tiga hal ini, dia pasti menemukan manisnya Iman: (1) Kalau Allah dan Rasul-Nya lebih dicintai dari selainnya, (2) Kalau dia mencintai seseorang, tidaklah dicintainya melainkan kerana Allah, (3) Dan kalau dia benci kembali kepada kekufuran seperti kebenciannya jika dicampakkan ke dalam api”. Hadits riwayat Bukhari dan Muslim

عَنْ اَنَسٍ اَنَّ رسول الله قَالَ : لا يُؤْمِنُ اَحَدُكُمْ حَتَّى اَكُوْنَ اَحَبَّ اِلَيْهِ مِنْ وَلَدِهِ وَوَالِدِهِ وَالنَّاسِ اَجْمَعِيْنَ
Dari Anas bahawa Rasulullah SAW bersabda, “Kamu tidak beriman sebelum aku lebih dicintai daripada anaknya, orang tuanya dan manusia seluruhnya”.
Hadits riwayat Bukhari dan Muslim


Dua hadits yang jelas menerangkan tentang pentingnya kecintaan itu dipimpin ke jalan yang diredhai iaitu mendahulukan kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya yang dari sinilah seorang manusia itu akan berjaya melahirkan keikhlasan dan kesucian hati dalam dirinya. Bahaya manusia yang gagal membina rasa cinta yang didahulukan Allah dan Rasul-Nya adalah ia tidak dapat menghayati kemanisan Iman dan sukar menerima / mengharungi cubaan daripada Allah. Seorang yang tidak wujud kecintaan dan keikhlasan kepada Rabb-nya merasakan kehidupan yang mencabar dengan berbagai rintangan di dunia ini sebagai satu penghalang untuk ia menikmati kelazatan dunia, yang akhirnya hati yang tidak tenteram itu akan memilih jalannya sendiri dalam mengharungi kehidupannya walaupun bergelumang dengan dosa. Baginya nikmat kehidupan dunia adalah sangat penting dituntut dan kehidupannya lebih kepada keduniaan daripada mencari keredhaan Allah. Firman Allah :

وَاِذَا اَنْعَمْنَا عَلَى الاِنْسَانِ أَعْرَضَ وَنَئَابِجَانِبِهِ وَاِذَا مَسَّهُ الشَّرُّ كَانَ يَئُوْسًا

“Dan apabila Kami kurniakan nikmat kepada manusia, berpalinglah ia serta menjauhkan diri (daripada bersyukur) dan apabila ia merasai kesusahan, jadilah ia berputus asa.” Surah Al-Isra’ ayat 83 [17:83]

Ini adalah suatu keadaan yang boleh kita lihat di sekeliling kita, bagi yang berharta / hidup mewah, sebahagian besar dari mereka semakin jauh dari kebenaran syariat Islam, mula leka dengan mengejar harta dan tanggungjawab beragama semakin terabai akhirnya mereka menjadi manusia yang hilang arah dan bila teruji dengan kegagalan dan sebagainya, mereka akan kecewa dan berputus asa dari rahmat Allah. Sebabnya, mereka belum mengenal Allah dengan jalan yang benar iaitu menurut As-Sunnah hanya dengan jalan bertaklied atau pun telah melalui jalan yang benar lalu terpesong dari kebenaran tersebut, lalu mereka teraba-raba mencari perlindungan dengan hati yang penuh kegelisahan dan kehancuran. Maka berbahagialah orang-orang yang diuji mereka dengan kekayaan dan mereka berjaya menghadapinya dan memanfaatkan kekayaan itu di jalan Allah, sebenarnya amatlah sukar untuk manusia berjaya menempa kekayaan dan menggunakannya di jalan Allah, sebagaimana sabda Rasulullah saw.:

عَنْ عِمْرَانَ بْنِ حُصَيْنٍ عَنِ النَّبِيِّ ص قَالَ: اِطَّلَعْتُ فِي الْجَنَّةِ فَرَاَيْتُ اَكْثَرَ اَهْلِهَا الْفُقَرَاءَ وَاطَّلَعْتُ فِي النَّارِ فَرَاَيْتُ اَكْثَرَ اَهْلِهَا النِّسَاءَ

Dari Imran bin Hushain r.a. dari Nabi saw., beliau bersabda : “Saya melihat ke dalam syurga, dan saya lihat kebanyakan isinya ialah orang orang fakir. Saya melihat pula ke dalam neraka, saya lihat kebanyakan isinya orang orang perempuan.”
Hadits shahih Bukhari.


Tidak sedikit yang bercita cita murni untuk mencari kekayaan dan memanfaatkan di jalan Allah, tetapi bila telah memperolehinya mereka merasa sayang dan takut kehabisan harta tersebut, lalu syaitan membisikkan berbagai hasutan sehingga akhirnya mereka tertipu dengan kehidupan dunia dan mati dengan suasana rugi dan sia sia. Kemiskinan yang kita hadapi janganlah dijadikan alasan untuk tidak belajar ilmu agama dan menyempurnakan amal ibadat kerana sebenarnya ahli syurga itu kebanyakan adalah dari kalangan orang yang fakir/miskin. Sabda Rasulullah saw.:

عَنْ اَبِيْ هُرَيْرَةَ: قِيْلَ : يَا رَسُوْلَ الله مَنْ اَكْرَمُ النَّاسِ ؟ قَالَ: اَتْقَاهُمْ.
Dari Abu Hurairah r.a.: Ada orang bertanya : ‘Hai Rasulullah ! Siapakah manusia yang termulia ?’ Beliau menjawab : “Yang paling bertakwa kepada Allah (mematuhi perintahnya).” Hadits shahih Bukhari.

Di mana kemiskinan bukanlah satu kehinaan dalam Islam dan kekayaan bukanlah pula satu kemuliaan, semua itu adalah satu ujian dari Allah yang kita hadapi di dunia ini yang akan dipertanggungjawabkan pula di akhirat. Dan apabila kita berjaya melakukan tanggungjawab sehingga menjadi manusia yang mematuhi perintah-Nya itulah sebenarnya orang yang termulia. Jangan di dunia kita miskin harta benda dan bila mati kita miskin pula amal ibadat, carilah peluang yang ada dari kehidupan ini untuk mengaut sebanyak mana kebajikan yang disyariatkan Allah, moga kita berbahagia di kehidupan akhirat. Sabda Rasulullah saw.:

كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْؤُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ، الاِمَامُ رَاعٍ وَمَسْؤُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ، وَالرَّجُلُ رَاعٍ فِيْ اَهْلِهِ وَهُوَ مَسْؤُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ، وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ فِيْ بَيْتِ زَوْجِهَا وَمَسْؤُوْلَةٌ عَنْ رَعِيَّتِهَا، وَالْخَادِمُ رَاعٍ فِيْ مَالِ سَيِّدِهِ وَمَسْؤُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ، وَكُلُّكُمْ رَاعٍ وَمَسْؤُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ

Tiap-tiap seorang daripada kamu itu pengurus dan tiap-tiap seorang dari kamu akan diperiksa dari hal urusannya. Tiap-tiap seorang raja/pemimpin itu pengurus dan akan diperiksa ia dari hal urusannya, dan tiap-tiap seorang lelaki itu pengurus tentang ahli keluarganya dan dia akan diperiksa dari hal urusannya, tiap-tiap seorang perempuan itu pengurus di rumah tangga suaminya dan akan diperiksa dia dari hal urusannya, tiap-tiap khadim (buruh) itu pengurus tentang harta benda tuannya dan dia akan diperiksa dari hal urusannya, dan tiap-tiap seorang dari kamu pengurus dan akan diperiksa dia dari hal urusannya. Riwayat Bukhari

Apabila kita mengaku bermanhaj As-Sunnah, maka hendaklah kita buktikan bahawa kita sebenarnya adalah seorang yang benar-benar bermanhajkan As-Sunnah, tidak cukup sekadar ucapan tetapi hendaklah dilaksanakan tanggungjawab sebagai umat Muhammad yang patuh dan benar berada di atas jalan yang diredhai. Sekadar melahirkan kata kata dan mengajak orang kepada As-Sunnah sedangkan kita sendiri mengabaikan sekian banyak amalan sunnah Rasul, ini adalah perbuatan yang tidak lain akan mencampakkan kita ke neraka sebagaimana sabda Rasulullah saw.:

عَنْ اُسَامَةَ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ الله ص يَقُوْلُ: يُجَاءُ بِالرَّجُلِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَيُلْقَى فِي النَّارِ فَتَنْدَلِقُ اَقْتَابُهُ فِي النَّارِ فَيَدُوْرُ كَمَا يَدُوْرُ الْحِمَارُ بِرَحَاهُ فَيَجْتَمِعُ اَهْلُ النَّارِ عَلَيْهِ فَيَقُوْلُوْنَ أَى فُلاَنُ مَا شَأْنُكَ أَلَيْسَ كُنْتَ تَأْمُرُنَا بِالْمَعْرُوْفِ وَتَنْهَانَا عَنِ الْمُنْكَرِ قَالَ كُنْتُ آمُرُكُمْ بِالْمَعْرُوْفِ وَلاَ آتِيْهِ وَأَنْهَاكُمْ عَنِ الْمُنْكَرِ وَآتِيْهِ

Dari Usamah katanya : Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda : “ Ada seorang lelaki dihadapkan pada hari kiamat, lalu dicampakkan ke dalam neraka, maka keluarlah ususnya, kemudian ia berputar putar sebagaimana keldai berputar putar di sekeliling gilingan. Isi neraka lalu berkumpul di sekelilingnya, sambil berkata : ‘Hai Fulan !’ “Bagaimana keadaan engkau ? Bukankah engkau pernah menyuruh kami berbuat baik dan melarang kami berbuat jahat ?” Jawab orang itu : “Saya pernah menyuruh kamu berbuat baik, tetapi saya sendiri tiada mengerjakannya. Saya pernah mencegah kamu berbuat jahat, tetapi saya sendiri mengerjakannya.” Hadits shahih Bukhari .

Ingatlah dalam kita berpegang dengan As-Sunnah tidak cukup sekadar kata kata yang kita menerimanya, tetapi hendaklah kita buktikan dengan memperjuangkannya bersungguh sungguh. Bagi kita yang telah menjadi bapa, ibu atau datuk hendaklah kita buktikan dan contohkan kepada anak cucu kita dari hal kebenaran As-Sunnah dan jangan kita sendiri yang mengingkarinya setelah kita menyampaikan larangan di atas sesuatu hal yang telah jelas bertentangan dengan As-Sunnah. Sebagai contoh jika telah jelas mengkhususkan bacaan Yasin pada malam Jumaat atau hari Jumaat itu adalah bid’ah dhalalah (tambahan yang sesat), sekali kita telah melarangnya jangan kita kendur atau akhirnya kita bersama dengan perbuatan yang haram seperti itu, ia akan menjadi contoh yang tidak baik kepada keluarga kita. Bid’ah itu harus kita tentang menurut kemampuan yang kita ada bukannya kita menghampirinya. Firman Allah :

وَتَعَاوَنُوْا عَلَى الْبِرِّ والتَّقْوَى وَلاَ تَعَاوَنُوْا عَلَى الاِثْمِ وَالْعُدْوَانِ
“Tolong menolonglah kamu atas kebaikan dan ketaqwaan. Dan janganlah kamu tolong menolong atas kemaksiatan dan permusuhan.” Surah Al-Maidah ayat 2 [5:2]

Seorang itu walaupun kuat bermanhajkan As-Sunnah mungkin akan mengerjakan perbuatan bid’ah jika ia selalu bersama golongan ahli bid’ah kerana terjerat dengan rancangan ahli bid’ah. Sebagai contoh bila ahli bid’ah mengangkat kita menjadi pengerusi sesuatu majlis yang dihadiri oleh sekian banyak ahlinya dari golongan bid’ah, maka untuk mengambil hati mereka mungkin kita akan memulakan majlis itu dengan bacaan Al-Fatihah yang pada pendapat kita kalau bid’ah pun ‘sikit saja’. Firman Allah :

فَلِذَلِكَ فَادْعُ وَاسْتَقِمْ كَمَا اُمِرْتَ وَلاَ تَتَّبِعْ اَهْوَآءَهُمْ

“Maka kerana itu serulah (mereka kepada agama itu) dan tetaplah sebagaimana diperintahkan kepadamu dan janganlah mengikut hawanafsu mereka.”
Surah Asy-Syuraa ayat 15 [42:15]

وَاَنِ احْكُمْ بَيْنَهُمْ بِمَا اَنْزَلَ اللهُ وَلاَ تَتَّبِعْ أَهْوَآءَهُمْ وَاحْذَرْهُمْ اَنْ يَفْتِنُوْكَ عَنْ بَعْضِ مَا اَنْزَلَ اللهُ اِلَيْكَ ......

“Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati hatilah kamu terhadap mereka supaya tidak mereka memfitnahkan kamu dari sebahagian apa yang telah diturunkan Allah kepada kamu ........” Surah Al-Maidah ayat 49 [5:49]

Tidak kira apa jenis bid’ah, baik yang bid’ahnya sampai ke tahap kufr Al- Akbar (kafir besar) atau pun bid’ah tidak sampai ke tahap kafir, sebagai umat yang patuh kepada perintah Allah dan Rasul-Nya, wajib kita menjauhkan diri dari bersubahat dengan mereka dalam kegiatan bid’ah sebagaimana anjuran Rasulullah saw.:

اُوْصِيْكُمْ بِتَقْوَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ وَاِنْ تَأَمَّرَ عَلَيْكُمْ عَبْدٌ حَبَشِيٌّ فَاِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ فَسَيَرَى اِخْتِلاَفًا كَثِيْرًا فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِيْ وَسُنَّةِ الْخُلُفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ الْمَهْدِيِّيْنَ تَمَسَّكُوْا بِهَا وَعَضُّوْا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ وَاِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الأُمُوْرِ فَاِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ

“Aku mewasiatkan kepada kamu sekelian agar bertakwa kepada Allah Azza wa jalla dan mendengar serta taat walaupun yang memerintah kamu seorang hamba Habsyi. Kerana sesungguhnya sesiapa yang hidup antara kamu akan menyaksikan perselisihan yang banyak. Maka hendaklah kamu berpegang teguh kepada sunnahku dan sunnah al-Khulafa’ Arrasyidin al Mahdiyin (yang mendapat pertunjuk dan hidayat). Berpegang teguhlah padanya dan gigitlah ia (sekuat kuat) dengan gerahammu. Berwaspadalah kamu sekelian terhadap perkara perkara baru (di dalam agama) kerana sesungguhnya setiap perkara baru itu adalah bid’ah dan setiap bid’ah itu adalah sesat dan setiap kesesatan itu adalah dalam api neraka.”
Hadits shahih riwayat Tirmidzi, Nasai dan Baihaqi.[/b]

Maka melayari hidup sebagai ahli Sunnah Wal-Jamaah itu hendaklah kita mendahulukan segala ketaatan, kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya dan rela berkorban/berjihad di jalan Allah untuk memartabatkan/meninggikan perjuangan As-Sunnah yang suci lagi mulia. Firman Allah :

كُنْتُمْ خَيْرَ اُمَّةٍ اُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَتَنْهُوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ

“Kamu adalah sebaik baik umat yang telah dikeluarkan kepada manusia dengan menyuruh membuat ma’ruf (membuat yang disyariatkan) dan mencegah dari berbuat kemungkaran (yang dicegah Allah).” Surah Al-Imran ayat 110 [3:110]

Islam mewajibkan kita berada dalam jamaah agar kita kukuh, dan mempertahankan jamaah As-Sunnah sebagai punca kejayaan di dunia dan di akhirat. Islam melarang kita dari berpecah belah selagi kita berada di atas manhaj yang sama dan sesungguhnya perselisihan pendapat itu sememangnya tidak dapat kita elakkan, hanya yang termampu kita lakukan adalah memilih menurut keyakinan kita berdasarkan dalil yang sah dari Al-Quran dan Sunnah Rasul juga Sunnah para sahabat yang terpimpin. Sabda Rasulullah saw.:

ذَرُوْنِيْ مَا تَرَكْتُكُمْ فَاِنَّمَا هَلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ بِكَثْرَةِ سُؤَالِهِمْ وَاخْتِلاَفِهِمْ عَلَى أَنْبِيَائِهِمْ مَا نَهَيْتُكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوْا وَمَا اَمَرْتُكُمْ بِهِ فَأْتُوْا مِنْهُ مَا اسْتَطَعْتُمْ
“Biarkan aku di atas apa yang telah aku tinggalkan kepada kamu. Sesungguhnya telah binasa golongan golongan yang sebelum kamu disebabkan banyak persoalan dan perselisihan mereka ke atas nabi nabi mereka. Oleh itu apa yang telah aku larangi kamu sekelian maka berhentilah (daripada mengerjakannya). Dan apa yang telah aku suruh kamu kerjakan maka kerjakanlah ia sekadar yang kamu mampu.”
Hadits shahih Bukhari dan Muslim.


Demikianlah cara yang dianjurkan Islam agar kita dapat menghidupkan jamaah yang benar iaitu jamaah yang berpegang teguh kepada As-Sunnah, hendaklah kita lakukan dengan mendahulukan kecintaan kita kepada Allah dan Rasul-Nya, rela mengorbankan harta, jiwa dan kehidupan untuk berjihad di jalan Allah. Tidak kita suka atau membenci sesuatu itu melainkan kerana Allah dan kita perhambakan hidup kita kerana Allah kerana itulah tujuan Allah menciptakan kita di muka bumi ini.


Bigkisan daripada Ustaz Muhammad Ihsan Bin Idris
Pensyarah, Institut Pengajian Tinggi Islam Perlis.

Ciri-ciri isteri solehah



KITA biasa dengan ungkapan yang berbunyi, "syurga di bawah tapak kaki ibu". Tetapi benarkah syurga isteri pula di bawah tapak kaki suami? Adakah ungkapan ini disokong oleh mana-mana hadis?

Mentaati ibu bapa balasannya syurga. Dalam hadis-hadis, Rasulullah SAW menjanjikan syurga bagi mereka yang taat kepada kedua ibunya.

Adapun janji syurga di bawah telapak kaki suami belum saya temui, namun cukuplah menjadi seorang isteri itu ahli syurga dengan mentaati suaminya, yang demikian cukup banyak ayat al-Quran dan hadis baginda.

Sifat-sifat isteri yang dijanjikan syurga.

Allah SWT berfirman yang bermaksud: Wanita (isteri) solehah adalah yang taat lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada dikeranakan Allah telah memelihara mereka. (al-Nisa': 34)

Dalam ayat ini Allah menghimpun beberapa sifat yang wajib ada pada seorang wanita solehah, antaranya adalah taat kepada Allah swt dan kepada suaminya dalam perkara yang makruf (perkara baik) lagi memelihara dirinya ketika suaminya tidak berada di sampingnya.



Al-Sheikh Abdul Rahman bin Nashir As-Sa'di r.h. berkata: "Tugas seorang isteri adalah menunaikan ketaatan kepada Allah dan taat kepada suaminya, kerana itulah Allah berfirman: Wanita solehah adalah yang taat, iaitu taat kepada Allah SWT, lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada di rumah atau di sampingnya". Iaitu taat kepada suami mereka bahkan ketika suaminya tidak ada, dia menjaga suaminya dengan menjaga dirinya dan harta suaminya. (Taisir, hal. 177)

Ketika Rasulullah menghadapi permasalahan dengan isteri-isterinya sampai beliau bersumpah tidak akan mencampuri mereka selama sebulan, Allah SWT menyatakan kepada baginda SAW dengan firman yang bermaksud: Jika sampai Nabi menceraikan kalian, mudah-mudahan Tuhannya akan memberi ganti kepadanya dengan isteri-isteri yang lebih baik daripada kalian, muslimat, mukminat, qanitat (taat kepada Allah), taibat (sentiasa bertaubat), 'abidat (sering beribadat), saihat (kerap berpuasa) dari kalangan janda ataupun gadis. (at-Tahrim: 5) [Al-Jami' li Ahkamil Quran, 18/126-127, Tafsir Ibnu Katsir, 8/132]

Nabi SAW ada bersabda yang bermaksud: "Apabila seorang wanita menjaga solat lima waktu, berpuasa sebulan (Ramadan), menjaga kemaluannya dan taat kepada suaminya, maka ketika berada di akhirat dikatakan kepadanya: Masuklah engkau ke dalam syurga dari pintu mana saja yang engkau sukai". (riwayat Ahmad 1/191, Shahihul Jami' no. 660, 661)

Berdasarkan dalil-dalil tersebut, dapat kita simpulkan bahawa sifat isteri yang solehah adalah sebagai berikut:

1. Mentauhidkan Allah dengan mengabdikan diri hanya kepada-Nya tanpa menyekutukan-Nya dengan sesuatupun.

2. Tunduk kepada perintah Allah, terus menerus dalam ketaatan kepada-Nya dengan banyak melakukan ibadah seperti solat, puasa, bersedekah dan selainnya.

3. Menjauhi segala perkara yang dilarang dan menjauhi sifat-sifat yang rendah yang boleh menghakis sifat-sifat mulia.

4. Selalu bertaubat kepada Allah hingga lisannya sentiasa dipenuhi istighfar dan zikir kepada-Nya. Sebaliknya ia jauh dari perkataan yang sia-sia, tidak bermanfaat dan membawa dosa seperti dusta dan lainnya.

5. Menaati suami dalam perkara kebaikan bukan dalam bermaksiat kepada Allah dan melaksanakan hak-hak suami sebaik-baiknya.

6. Menjaga dirinya ketika suami tidak berada di sisinya. Ia menjaga kehormatannya dari tangan yang hendak menyentuh, dari mata yang hendak melihat, atau dari telinga yang hendak mendengar.

Demikian juga menjaga anak-anak, rumah, dan harta suaminya.

Sifat isteri solehah lainnya boleh diperincikan berikut:

1. Penuh kasih sayang, selalu kembali kepada suaminya dan mencari maafnya. Rasulullah SAW bersabda: "Mahukah aku beritahukan kepada kalian, isteri-isteri kamu yang menjadi penghuni syurga ialah isteri yang penuh kasih sayang, banyak anak, selalu kembali kepada suaminya. Di mana jika suaminya marah, dia mendatangi suaminya dan meletakkan tangannya pada tangan suaminya seraya berkata: "Aku tak dapat tidur sebelum engkau reda". (riwayat al-Nasai dalam Isyratun Nisa no. 257.)

2. Melayani suaminya (berkhidmat kepada suami) seperti menyiapkan makan minumnya, tempat tidur, pakaian dan seumpamanya.

3. Menjaga rahsia-rahsia suami, lebih-lebih yang berkenaan dengan hubungan intim antara dia dan suaminya.

Asma' bintu Yazid r.ha menceritakan dia pernah berada di sisi Rasulullah. Ketika itu kaum lelaki dan wanita sedang duduk. Baginda bertanya: "Barangkali antara kalian ada suami yang menceritakan apa yang diperbuatnya dengan isterinya (hubungan suami isteri), dan barangkali ada isteri yang memberitahu apa yang diperbuatnya bersama suaminya?" Maka mereka semua diam tidak ada yang menjawab. Aku (Asma) pun menjawab: "Demi Allah! Wahai Rasulullah, sesungguhnya mereka (para isteri) benar-benar melakukannya, demikian pula mereka (para suami)".

Baginda bersabda bermaksud: "Jangan lagi kalian lakukan, kerana yang demikian itu seperti syaitan jantan yang bertemu dengan syaitan betina di jalan, kemudian digaulinya sementara manusia menontonnya". (riwayat Ahmad 6/456)

4. Selalu berpenampilan yang bagus dan menarik di hadapan suaminya sehingga bila suaminya memandang akan menyenangkannya.

5. Ketika suaminya sedang berada di rumah, ia tidak menyibukkan dirinya dengan melakukan ibadah sunnah yang dapat menghalangi suaminya untuk istimta' (bernikmat-nikmat) dengannya seperti puasa, terkecuali bila suaminya mengizinkan.

6. Pandai mensyukuri pemberian dan kebaikan suami, tidak melupakan kebaikannya.

7. Bersegera memenuhi ajakan suami memenuhi hasratnya, tidak menolaknya tanpa alasan yang syarie, dan tidak menjauhi tempat tidur suaminya, kerana ia tahu dan takut terhadap berita Rasulullah SAW yang bermaksud: Demi zat yang jiwaku berada di tangan-Nya, tidaklah seorang suami memanggil isterinya ke tempat tidurnya lalu si isteri menolak ajakan suaminya (enggan) melainkan Allah SWT murka terhadapnya hingga si suami reda padanya. (riwayat Muslim no. 1436)